Suku Bima. Suku Bima atau Dou Mbojo adalah suku yang mendiami Kabupaten Bima Kota Bima dan kabupaten Dompu yang telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit Suku ini menggunakan bahasa Mbojo atau nggahi Mbojo Menurut sejarah suku Mbojo mempunyai 7 pemimpin di setiap daerah yang disebut Ncuhi Pada masa pemberontakan di Majapahit salah satu dari Pandawa.
Stratifiksi Sosial (Pelapisan Sosial) Suku BimaSistem Kekerabatan Suku BimaSistem Mata Pencaharian Dan EkonomiPare No Bongi Kepercayaan Roh Dan Nenek Moyang Di Suku BimaLainLainDalam masyarakat Bima dikenal empat stratifiksi sosial atau Pelapisan Sosial Suku Bima yaitu tingkat raja atau yang disebut Ruma Bangsawan Dari dan Rakyat biasa Ruma adalah kelas utama ia wajib dihormati meskipun dalam kehidupan sekarang sikap dan tindakan penghormatan terhadap Ruma sudah berkurang bahkan cenderung menghilang Prediket Ruma disandang oleh mereka yang berasal dari keturunan Raja atau Sultan Bima (londo sangaji) Penyebutan Ruma untuk keturunan Raja atau Sultan hingga saat ini masih dipraktikan oleh mereka yang berasal dari kelas sosial di bawahnya Yang termasuk dalam golongan ruma (keturunan raja) adalah mereka yang pernah menjadi raja permaisuri anak keluarga ke atas dan ke samping itulah yang disebut londo ruma atau sangaji (keturunan raja) Apabila seorang raja atau anak raja menikahi wanita dari golongan lain maka stratifikasi wanita tersebut berubah menjadi golongan ruma Meskipun penyebutan Ruma ditujukan khusus bagi para keturunan Raja atau Sultan Orang Bima dengan sistem bilateralnya mengenal dua garis keturunan yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu Orang Bima tidak mengenal terminologi marga seperti pada orang Batak dalam sistem kekerabatannya akan tetapi yang dikenal adalah sistem “percabangan” yang bersumber dari dua garis yaitu garis dari nenek moyang lakilaki dan garis dari nenek moyang perempuan Kedua garis keturunan ini akan membentuk jaringan sepupu dari kedua pihak dari dua pasang kakeknenek tersebut Dari kedua pasang kakek nenek ini diperoleh empat pasang kakek nenek dan demikian seterusnya Dengan demikian setiap orang berada dalam ruang lingkup kerabat yang berasal dari dua cabang Dua cabang itu dari garis ayah (ama) dan ibu (ina) mulai dari kerabat yang paling dekat dari cabang kedua orang tuanya (misalnya saudara keponakan) hingga kerabat yang jauh yang berasal dari beberapa lapis nenek moyang yang menurunkan berbagai lapis sepupu mereka Hubungan kekerabatan suku Bima ini dikenal de Aktivitas berladang merupakan warisan leluhur yang menjadi tradisi dan diwariskan secara turun temurun begitupun bagi masyarakat Bima Tradisi berladang mereka ditandai dengan kehidupan di atas gunung Mereka menggarap ladang berpindahpindah dari gunung yang satu ke gunung lainnya Langkah ini juga ditempuh sebagai sebuah upaya pemenuhan kebutuhan tambahan dalam rangka bertahan hidup juga usaha menjauhkan diri dari kemiskinan Selain itu perpindahan dan penyebaran penduduk sangat dipengaruhi oleh tradisi berladang rakyat yang berpindahpindah Untuk memulai berladang mereka mengadakan musyawarah terlebih dahulu Hal ini berkaitan dengan pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan Lakilaki sibuk mempersiapkan seluruh peralatan seperti batu asah (kamalo) parang (cila) kapak (ponggo) maupun tembilang (cu’a) serta alat lainnya Sementara kaum perempuan menyiapkan bekal untuk makan dan minum Itulah pembagian kerja dalam mencapai tujuan bersama Kaum perempuan juga melak Meskipun agama mayoritas masyarakat Bima adalah Islam tapi ada satu kepercayaan yang masih dianut oleh suku Bima yang disebut dengan Pare No Bongi yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang Pare No Bongi merupakan kepercayaan asli orang Bima Dunia roh yang ditakuti adalah Batara Gangga sebagai dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai penguasa Kemudian ada lagi Batara Guru Idadari sakti dan Jeneng roh Bake dan roh Jim yang tinggal di pohon gunung yang sangat besar dan berkuasa untuk mendatangkan penyakit bencana dan lainnya Mereka juga percaya adanya sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap sakti Murmas tempat para dewa Gunung Rinjani tempat tinggal para Batara dan dewidewi Rohroh nenek moyang di jaman awal disebut Marafu dan tempat kediamannya disebut parafu Generasi di bawahnya disebut Waro Dalam kepercayaan suku Bima selama hidupnya kebutuhan umum dan kontak dengan Tuhan dalam kerajaan rohroh saling melengkapi Segala kebutuhan makhluk bumi di Perlengkapan dan peralatan dalam pemenuhan kebutuhan orang Bima meliputi alat rumah tangga pertanian berburu perikanan peternakan dan kerajinan Alat rumah tangga digunakan untuk keperluan di dalam rumah tangga pada masyarakat Bima terutama peralatan dan perlengkapan yang melengkapi ruang dapur mereka Orang Bima biasanya membuat dapur di bagian terbelakang dari uma panggu Orang Bima menyebutnya rika sementara parapara disebut tajarika Ruang dapur tersebut di samping sebagai tempat memasak juga tempat untuk menyimpan berbagai peralatan dan perlengkapan Orang Bima membuat cobek sebagai alat untuk menggiling sambal yang tidak dibuat dari tanah liat seperti kebanyakan suku lain yang ada di Nusa Tenggara Barat Tetapi cobek yang digunakan berasal dari batu kali yang dipungut begitu saja Batu kali yang dipergunakan dipilih yang memiliki bentuk pipih jadi bukan dibentuk atau dibuat oleh mereka Dalam Bahasa Bima cobek atau alat penggiling sambal tersebut disebut wadu kiru A.
Suku Bima, Dou Mbojo Nusa Tenggara Barat – Dgraft Outline
Suku Bima ini memiliki beragam keunikan yang sangat menarik untuk dibahas yaitu pada tradisi dan tataracara yang dilakukan oleh masyarakat Bima seperti upacara adat atau tatacara prosesi pernikahan dengan nilainilai luhur yang memiliki makna sangat penting pada masingmasing tradisi.
Mengenal 5 Tradisi Unik Suku Bima yang Tak Banyak Orang Tahu
Rimpu merupakan tradisi berbusana untuk kaum perempuan suku Bima dengan menggunakan sarung tenun khas Bima yaitu “Tembe Nggoli”Cara pemakaiannya membutuhkan dua lembar kain yaitu satu lembar kain pertama yang dililitkan ke kepala dan menyisakan bagian terbuka untuk wajah lalu sisa kain dijulurkan hingga ke perut menutupi lengan dan telapak tangan.
Handika Himawan Kebudayaan Suku Bima
Unik Suku Bima yang Tak Banyak Mengenal 5 Tradisi Orang Tahu
Suku Bima Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
SUKU BIMA NUSA TENGGARA BARAT
Suku Bima adalah salah satu suku yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat Mayoritas suku ini mendiami Pulau Sumbawa bagian timur tepatnya di Kota Bima dan Kabupaten Bima Pada masyarakat Suku Bima beberapa warisan leluhur masih terpelihara dan terus dijalankan secara turuntemurun hingga saat ini dan tercermin dalam setiap aktivitas masyarakatnya Berikut ini ada lima tradisi unik dari Suku Bima yang masih dilakukan oleh masyarakatknya hingga sekarang dan belum banyak diketahui orang.